SENGKALAN

Di dalam Bahasa Jawa, tembung sengkala  mempunyai arti 1) kecelakaan, halangan, 2) angka tahun yang dilambangkan dengan kata-kata, atau gambar yang mempunyai makna. Dalam artikel ini,  akan dibahas sengkala dalam arti angka tahun yang dilambangkan dengan kata-kata atau gambar yang mempunyai makna.

Kata sengkalan   ini berasal dari kata saka , dan kala . Saka adalah nama suku (Caka ) dari India yang pernah migrasi ke Jawa, dan kala yang berarti waktu, atau tahun. Jadi saka kala berarti Tahun Saka. Tahun Saka dimulai sejak Raja Saliwahana, Ajisaka, naik tahta, pada tahun 78 Masehi. Tembung saka berubah bunyi menjadi sangka, lalu berubah menjadi sengka. Tembung sengka diikuti tembung kala, menjadi sengkala.

Ada surya sengkala, yaitu sengkalan  berdasar kalender surya (solar calendar), misalnya Tahun Masehi. Ada juga candra sengkala   berdasar kalender bulan (lunar calendar ), misalnya kalender Islam Hijriyah atau Kalender Jawa. Sengkalan dapat dipakai untuk menandai lahirnya seseorang, berdirinya lembaga, daerah, kota, negara,  atau berdirinya suatu bangunan (istana, kantor, gapura). Bisa juga untuk menandai kematian, berakhir, bubar, atau ditutupnya suatu lembaga.

Ada sengkalan lamba, miring, memet , dan sastra. Sengkalan lamba mempergunakan kata-kata yang sederhana, misalnya "Buta Lima Naga Siji".   Buta berwatak 5, lima berwatak 5, naga berwatak 8, dan siji berwatak 1, setelah digabung menjadi 5581, cara membaca tahun harus dibalik (dari kanan), berarti tahun 1855.

Sengkalan miring merupakan sengkalan lamba juga, tetapi mempergunakan kata-kata miring (padanan), yang lebih rumit daripada  sengkalan lamba. Misalnya sengkalan "Lungiding Wasita Ambuka Bawana ". Kata lungid berarti tajam; yang dimaksud adalah tajamnya senjata (gaman ), gaman mempunyai watak 5. Kata wasita berarti pitutur jati , atau nasihat suci; pitutur jati berkaitan dengan resi, wiku , atau pandhita yang berwatak 7. Yang dimaksud dengan kata ambuka, adalah lawang atau gapura yang berwatak 9, dan kata bawana maksudnya adalah bumi yang berwatak 1. Diperoleh angka 5791, yang berarti tahun 1975.

Contoh lain, misalnya "Naga Salira Ambuka Bumi ". Naga dan salira merupakan lambang angka 8, ambuka lambang 9, dan bumi lambang 1. Jadi tersusun 8891. Susunan angka ini harus dibalik, sehingga menjadi tahun 1988. 

Menurut buku Babad Tanah Jawi (sejarah Majapahit), runtuhnya kerajaan Majapahit ditandai dgn sengkalan "Sirna Ilang Kretaning Bumi", masing-masing menunjukkan angka 0, 0, 4, dan 1, lalu dibalik menjadi 1400 Tahun Saka atau 1478 M. Gedung DPRD Wonosobo diberi sengkalan  "Sabda Pandhawa Raga Nyawiji ", karena didirikan pada tahun 1957. Contoh lain, misalnya ada orang yang lahir pada tahun 2011 M. Mula-mula angka ini dibalik menjadi 1102, lalu pilih kata yang dianggap cocok, misalnya "Aji Budaya Muluk Samya ". Artinya: nilai budaya yg terbang (manfaat, berkembang) bersama sesama.

Sengkalan memet memakai lukisan, gambar, atau ornamen, atau memakai Huruf Jawa. Sengkalan memet dapat dijumpai pada arca, candi, atau gedung.

Di bagian bagian atas gapura magangan Kraton NgayogyakartaHadiningrat, ada ornamen dua naga, yang ekornya mengarah ke atas, lalu melilit, menyatu. Ornamen ini dibaca "Dwi Naga Ngrasa Tunggal" . Dwi berwatak 2, naga berwatak 8, ngrasa berwatak 6, dan tunggal berwatak 1. Diperoleh susunan angka 2, 8, 6, dan 1,sehingga diperoleh tahun 1682, yaitu saat dibangunnya bagian itu.
Di kraton Surakarta, ada ornamen yang dibaca "Naga Muluk Tinitihan Janma" . Naga berwatak 8, muluk (terbang) berwatak 0, tinitihan (ditunggangi) berwatak 7, dan janma (manusia) berwatak 1; setelah digabung menjadi 8071, setelah dibalik menjadi 1708.


Berikut ini kata (tembung) dan wataknya : 

1. Watak 1 ( siji )
  • Tunggal : Berkumpul, Satu
  • Gusti : Raja, Ratu, Allah
  • Janma : orang baik, manusia terpelajar
  • Semedi : bertapa, berkhalwat
  • Badan : raga
  • Nabi : nabiyullah, pusar
  • Rupa : jenis
  • Maha : lebih, sangat,sengaja
  • Budha : sang Budha Gautama, Budi
  • Niyata : nyata, benar-benar
  • Luwih : lebih, luar biasa
  • Pamase : raja
  • Wong : orang, manusia
  • Buweng : bulatan, lingkaran
  • Rat : dunia, alam semesta
  • Lek : hari pertama, bulan
  • Iku : itu, ekor
  • Surya : matahari
  • Candra : bulan
  • Kartika : bintang
  • Urip : hidup
  • Ron : daun
  • Eka : Satu
  • Prabu : raja, bertanggungjawab, pantas
  • Kenya : gadis
  • Nekung : bertapa
  • Raja : raja
  • Putra : anak
  • Sasa : bintang, cepat
  • Dhara : bintang, gadis, perut.
  • Peksi : burung
  • Dara : merpati, perut
  • Tyas : hati, perasaan
  • Wungkul : utuh, lengkap
  • Sudira : berani
  • Wani : mau, berani
  • Hyang : dewa, Allah, Tuhan
  • Budi : pikiran, pemikiran
  • Jagat : alam semesta, dunia, bumi
  • Nata : raja.
2. Watak 2 ( Loro )
  • Asta : tangan, memegang
  • Kalih, ro : dua
  • Nembah : menyembah
  • Ngabekti : berbakti
  • Netra : mata
  • Kembar : sama sepasang, rangkap
  • Myat, : melihat
  • Mandeng : memandang, menatap, mulat
  • Nayana : air muka, mata
  • Swiwi : sayap
  • Lar : bulu, sayap
  • Sikara : pengacauan, tangan, campur tangan.
  • Dresthi : alis, khianat, ingkar janji
  • Dwi : dua
  • Kanthi : dengan, rangkai, teman
  • Buja : makanan
  • Bujana : hidangan, suguhan.
  • Gandheng : rangkai, sambung
  • Paksa : harus
  • Apasang : memasang, sepasang
  • Sungu : tandhuk
  • Athi-athi : bulu/rambut pada pelipis
  • Talingan : telinga
3. Watak 3 ( Telu )
  • Bahni : api
  • Ujwala : sinar, nyala, cahaya
  • Kaeksi : tampak, kelihatan,terlihat
  • Katon : tampak, kelihatan,terlihat
  • Murub : berkobar
  • Dahana : api
  • Payudan : peperangan
  • Katingalan : tampak, kelihatan
  • Kaya : seperti, penghasilan
  • Benter : panas
  • Nala : hati, api
  • Uninga : mengetahui, obor
  • Kawruh : pengetahuan
  • Lir : seperti
  • Wrin : mengetahui
  • Weda : pegangan pokok, ajaran,ilmu
  • Naut : menyahut, menjawab
  • Nauti : cacing, menjawab, mengulangi
  • Teken : tongkat
  • Siking : upet ( pematik ), tongkat
  • Pawaka : api
  • Kukus : asap, uap
  • Api : api
  • Apyu : api
  • Brama : api
  • Rana : perang, tirai, penyekat, perempuan
  • Rananggana : peperangan, medan perang
  • Utawaka : api
  • Uta : lintah
  • Ujel : belut
  • Kobar : terbakar, menyala
  • Agni : api
  • Wignya : dapat, pandai
  • Guna : luar biasa, dapat, manfaat, tipu.
  • Tri : tiga
  • Jatha : rambut lengket, taring, wadah.
4. Watak 4 ( Papat )
  • Catur : bicara, pembicaraan, empat
  • Warna : gubahan puisi, syair, air, bangsa,
  • Wahana : kendaraan, uraian, arti, makna
  • Pat : empat
  • Warih : air
  • Waudadi : laut
  • Dadya : menjadi, jadi, jadilah
  • Keblat : kiblat, penjuru mata angin.
  • Papat : empat
  • Toya : air
  • Suci : bersih, suci, jernih
  • Udaka : air
  • We : air
  • Woh : buah, hujan
  • Nadi : sungai, laut
  • Jaladri : laut
  • Sindu : air
  • Yoga : anak, sebaiknya, jaman
  • Gawe : buat, membuat, perbuatan.
  • Tlaga : danau, telaga
  • Her : air
  • Wening : jernih
  • Udan : hujan
  • Bun : embun, kabut tipis
  • Tirta : air
  • Marta : jernih, dingin
  • Karya : membuat, perbuatan, buatan
  • Sumber : sumur, mata air, asal sesuatu
  • Sumur : sumur, perigi
  • Masuh : membasuh
  • Marna : berkata, menggubah puisi
  • Karti : membuat, perbuatan, buatan
  • Karta : makmur, sejahtera, kecukupan.
  • Jalanidhi : laut
  • Samodra : samudera
  • Udaya : laut
  • Tasik : bedak, laut
  • Tawa : tawar, tawar terhadap bisa, menawarkan
  • Segara : laut
  • Wedang : air yang telah mendidih.
5. Watak 5 ( Lima )
  • Pandhawa : anak-anak Pandudewanata
  • Lima : lima
  • Wisikan : bisikan, sebutan, terbaring
  • Gati : aturan, keperluan, perbuatan, ulah
  • Indri : angin yang bertiup lembut. 
  • Indriya : hati, perasaan, pancaindera. 
  • Warastra : barang tajam, panah 
  • Wrayang : panah
  • Astra : senjata, panah.
  • Lungid : tajam, runcing
  • Sara : senjata, panah
  • Sare : tidur
  • Guling : tidur, berguling
  • Raseksa : raksasa
  • Diyu : diyu
  • Buta : raksasa
  • Galak : galak, ganas
  • Wil : anak raksasa
  • Yaksa : raksasa
  • Yaksi : raksasa betina
  • Saya : makin, tipuan, alat, perkakas
  • Bana : hutan, panah
  • Jemparing : panah
  • Cakra : panah bermata roda, renung
  • Hru : panah
  • Tata : atur, angin, cara
  • Nata : mengatur, memuat
  • Bayu : urat, otot, angin.
  • Bajra : senjata, angin
  • Samirana : angin
  • Pawaka : angin
  • Maruta : angin
  • Angin : angin
  • Panca : lima
  • Marga : jalan
  • Margana : panah, Arjuna.
6. Watak 6 ( Enem )
  • Rasa : rasa, perasaan
  • Nenem : enam
  • Rinaras : mapantas-pantaskan, dirasakan, diselaraskan
  • Artati : manis, syair lagu Dandanggula.
  • Lona : pedhas
  • Tikta : pahit
  • Madura : manis
  • Sarkara : gula, manis.
  • Amla : masam
  • Kayasa : rasa sepet
  • Karaseng : terasa oleh ( terasa pada )
  • Hoyag : bergerak, gerak, goyang
  • Obah : bergerak
  • Nem : enam
  • Kayu : kayu, batang pohon.
  • Wreksa : kayu, batang kayu, pohon.
  • Glinggang : tebangan pohon
  • Prabatang : kayu rebah, pohon tumbang
  • Oyig : bergerak, bergoyang
  • Sad : enam
  • Anggas : belalang, tebangan pohon
  • Anggang-anggang: serangga mengapung di atas air.
  • Mangsa : waktu, makan ( untuk binatang buas )
  • Naya : air muka, musim keenam.
  • Retu : pahit, huru-hara, kekacauan
  • Wayang : wayang, bergerak, gerak
  • Winayang : digerakkan
  • Anggana : sendiri, lebah
  • Ilat : lidah
  • Kilatan : kilat
  • Lidhah : lidah, kilat
  • Lindhu : gempa
  • Carem : puas, senggama
  • Manis : manis, bagus, baik, perempuan
  • Tahen : kayu, menahan, menderita
  • Osik : bergerak, tergerak hatinya
  • Karengnya : terdengar, didengarkan.
7. Watak 7 ( Pitu )
  • Sapta : tujuh
  • Prawata : gunung
  • Acala : gunung
  • Giri : gunung, luar biasa, sangat
  • Ardi : gunung
  • Gora : lebah, gunung
  • Prabata : gunung
  • Himawan : gunung
  • Pandhita : pendeta, pertapa
  • Pitu : tujuh
  • Kaswareng : terkenal, tersebut
  • Resi : pendeta, orang suci
  • Sogata : hidangan, guru, pendeta
  • Wiku : pendeta
  • Yogi : sebaiknya, baik, pendeta.
  • Swara : suara, bunyi
  • Dwija : guru, pendeta
  • Suyati : pendeta sakti, pendeta pandai
  • Wulang : nasihat, petunjuk, pelajaran
  • Weling : pesan
  • Wasita : nasihat, petunjuk, pelajaran
  • Tunggang : naik, menaiki, menunggang
  • Turangga : kuda
  • Gung : besar
  • Swa : kuda
  • Aswa : kuda
  • Titihan : kuda, kendaraan, tunggangan
  • Kuda : kuda
  • Ajar : pendeta, pelajaran, ajaran
  • Arga : gunung, harga
  • Sabda : berbicara, suara, bersabda
  • Nabda : berbicara, bersuara, bertitah
  • Angsa : angsa, keturunan, terlanjur
  • Muni : berbunyi, berbicara, pendeta
  • Suka : Gembira, memberi
  • Biksu : sapi, pendeta
  • Biksuka : sapi, pendeta
8. Watak 8 ( Wolu )
  • Astha : delapan
  • Basu : kokek, ular, delapan dewa
  • Anggusti : membicarakan, merundingkan
  • Basuki : selamat, raja ular
  • Slira : tubuh
  • Murti : sangat
  • Bujangga : pujangga, ular besar
  • Manggala : pemuka, pemimpin, pembesar, gajah.
  • Taksaka : ular besar, naga
  • Menyawak : biawak
  • Tekek : tokek
  • Dwipa : gajah
  • Dwipangga : gajah
  • Bajul : buaya
  • Gajah : gajah
  • Liman : gajah
  • Dwirada : gajah
  • Dirada : gajah
  • Esthi : gajah, pemikiran, kehendak, perasaan
  • Estha : kehendak
  • Matengga : menunggu, menantikan, gajah
  • Brahma : api, brahmana
  • Brahmana : brahmana
  • Wewolu : delapan, sebanyak delapan
  • Baya : halangan, buaya, barangkali, janji
  • Bebaya : halangan, bahaya
  • Kunjara : penjara, gajah
  • Tanu : bunglon
  • Sarpa : ular
  • Samaja : gajah
  • Madya : tengah, sedang,cukup, pinggang
  • Mangesti : berniat, memikirkan, merenungkan
  • Panagan : sarang naga, hitungan jalan naga
  • Ula : ular
  • Naga : ular besar.
9.  Watak 9 ( Sanga)
  • Bolong : berlubang, tembus
  • Nawa : sembilan, menawar
  • Dwara : pintu, gerbang
  • Pintu : pintu
  • Kori : pintu
  • Bedah : terbelah
  • Lawang : pintu
  • Wiwara : liang, pintu
  • Gapura : gerbang
  • Rong : berlubang, liang sarang binatang, rongga
  • Song : lubang, liang sarang binatang
  • Wilasita : liang, liang kumbang
  • Angleng : jelas pada pendengaran, masuk liang.
  • Trustha : gembira, puas, berlubang tembus
  • Trusthi : berlubang tembus
  • Trus : terpenuhi, bocor, langsung tembus
  • Butul : berlubang, tembus
  • Dewa : dewa
  • Sanga : sembilan
  • Wadana : muka, wajah
  • Jawata : dewa-dewa
  • Manjing : masuk
  • Arum : harum, cantik, perempuan
  • Ganda : bau
  • Kusuma : bunga, perempuan, terhormat
  • Muka : wajah, depan
  • Rudra : galak, marah
  • Masuk : memasuki
  • Rago : gua, halangan
  • Angrong : masuk ke dalam liang
  • Guwa : gua
  • Menga : terbuka
  • Babahan : lubang, galian jalan pencuri
  • Leng : liang
  • Ambuka : membuka, menyingkap
  • Gatra : macam, warna, gambar, tiruan
  • Anggangsir : membuat lubang untuk mencuri.
  • Nanda : bicara, bersuara, musim kesembilan
  • Wangi : harum
10.  Watak 0 ( Nol )
  • Byoma : langit
  • Musna : hilang, lenyap
  • Nis : hilang, pergi
  • Mletik : terpercik, meloncat, melesat
  • Langit : langit
  • Sirna : hilang, habis
  • Ilang : hilang
  • Kombul : terangkat, terapung, terkenal
  • Awang-awang : angkasa
  • Mesat : pergi, menghindar, melesat
  • Muluk : melambung, terangkat, naik
  • Gegana : angkasa, langit
  • Ngles : menghindar, pergi menjauh
  • Tumenga : menengadah, melihat ke atas
  • Nenga : menengadah, melihat ke atas
  • Luhur : tinggi, di atas, agung, mulia
  • Suwung : kosong
  • Sonya : sepi, pertapaan
  • Muksa : moksa, hilang, menghilang
  • Doh : jauh
  • Tebih : jauh
  • Swarga : surga, kahyangan
  • Tanpa : tanpa
  • Barakan : ternak curian, berkata, sebaya
  • Tan : tidak
  • Rusak : rusak
  • Brastha : rusak, lenyap, lebur, hancur
  • Swuh : rusak, lenyap, lebur, hancur, sepi
  • Walang : belalang, khawatir
  • Kos : angkasa, bersinar
  • Pejah : mati
  • Akasa : langit, angkasa
  • Tawang : langit, angkasa
  • Wiyat : langit, angkasa
  • Oncat : pergi, naik, menghindar, lari
  • Windu : basi, sangat, hitungan delapan tahu
  • Widik-widik : langit, angkasa, segan-segan
  • Nir : hilang, rusak, habis, tiada
  • Wuk : rusak, busuk, tak jadi, urung
  • Sat : kering, kering air
  • Surud : berkurang, tinggal, meninggal
  • Sempal : terbabat, patah.
Soal Latihan :
(Silahkan mencoba menganalisa sengkalan dibawah ini, Angka tahun berapa ?)
  1. Dwi Naga Rasa Tunggal 
  2. Dwi Naga Rasa Wani 
  3. Esthi Sara Esthi Aji 
  4. Kadya Nata Tumenguning Panganten 
  5. Ilang Sirna Kertaning Bumi 
  6. Rupa Sirna Retuning Bumi 
  7. Wasitaning Resi Ambuka Budi 
  8. Sabdaning Jawata Wedaning Urip 
  9. Gapura Trus Gunaning Janmi 
  10. Naga Muluk Tinitihan Janma 
  11. Lungiding Wasita Ambuka Bawana 
  12. Naga Salira Ambuka Bumi 
  13. Sabda Pandhawa Raga Nyawiji 
  14. Aji Budaya Muluk Samya 
  15. Swaraning Dahana Sabdaning Ratu 
  16. Kaheksi Nagaraja Manjing Kadhaton 
  17. Sumunar Hakarya Haruming Dhatulaya 
  18. Hanggara Sampurna Risaking Traju 
  19. Gapuraning  Wruh  Wedaning  Gusti 
  20. Wiku  Misik  Swara  Tunggal 
-----ooooo000=000ooooo----- SP